CELLCEPT (G)

Produsen
Roche

Komposisi
Mychopenolate mofetil

Indikasi
Profilaksis dan pengobatan reaksi penolakan organ pada pasien transplantasi ginjal, hepar dan janting alogenik.
Sebaiknya digunakan bersama dengan siklosporin dan kortikosteroid.

Dosis
Profilaksis : 1 g 2x/hr, oral harus diberikan dalam 72 jam setelah transplantasi.
Pengobatan : 1 g 2x/hr. 

Baik profilaksis maupun pengobatan harus disertai penggunaan siklosporin dan kortikosteroid sebagai standar terapi.
Sediaan intravena dari Cellcept merupakan alternatif dari sediaan kapsul, tablet ataupun suspensi oral bila ada efek samping saluran cerna.
Bila diberikan intravena, Cellcept harus diberikan dalam waktu 24 jam sejak transplantasi dilakukan.
Sediaan intravena dapat diberikan hingga 14 hari,dan harus diganti kembali ke sediaan oral, bila pasien telah mampu mentolerir efek samping.

Pemberian obat
Berikan pada saat perut kosong.
Pada pasien penerima transplantasi ginjal yang stabil, obat dapat diberikan bersama makanan, bila perlu.

Kontraindikasi
CellCept dikontraindikasikan pada mereka yang memiliki riwayat alergi terhadap mycophenolate mofetil, asam mycophenolic dan komponen obat lainnya.

Sebagai tambahan, untuk sediaan injeksi, dikontraindikasikan pada alergi terhadap Polysorbate 80.

Perhatian
Gagal ginjal kronik berat, pendarahan GI, hamil dan laktasi. 
Awasi kadar neutrofil darah

Efek Samping
Diare, leukopenia, sepsis, muntah, konstipasi, nyeri perut, tremor, bengkak dan rasa kebas pada jari tangan atau kaki.

Interaksi Obat
Konsentrasi meningkat dengan asiklovir.
Penyerapan berkurang dengan antasida.
Konsentrasi plasma berkurang dengan kolestiramin, meningkat dengan probenesid
Makanan mempengaruhi penyerapan
Berinteraksi dengan azathioprine
 
Kemasan
Kapsul 250 mg x 10 x 10
Tablet 500 mg x 50

Kategori Kehamilan
D

Kategori ATC

Info Tambahan
Mycophenolate mofetil dalam eksperimen pada hewan coba memperlihatkan efek pemanjangan masa survival dari organ transplan alogenik seperti ginjal, hati, jantung, usus, usus kecil, pankreas dan sumsum tulang.
CellCept-mycophenolate-mofetil
Mycophenolate mofetil juga mampu membalikkan proses penolakan akut pada ginjal kucing dan jantung tikus dan menghambat proses inflamasi yang diinduksi reaksi imun. Obat ini juga mencegah proliferasi dari arteriopati dari aorta dan jantung pada hewan coba tikus dan primata.

Dalam eksperimen di atas, Mycophenolate mofetil digunakan sebagai agen tunggal maupun dalam kombinasi dengan imunosupresan lain

Pada pemberian oral, Mycophenolate mofetil akan dengan cepat diserap, dan membentuk MPA, yang merupakan metabolit aktifnya. MPA merupakan inhibitor dari inosine monophosphate dehydrogenase (IMPDH) yang potent, selektif, tidak kompetitif dan reversibel. MPA ini menghambat jalur sintetis nukelotida guanosin tanpa mengintervensi DNA.

Oleh karena sel limfosit B dan T sangat tergantung proliferasinya pada sintesis purin, maka metabolit MPA ini sangat toksik terhadap sel-sel limfosit. Sementara sel-sel tubuh lain, dapat memiliki cara lain untuk berproliferasi meski jalur sintesis guanosinnya dihambat.

MPA menghambat respon proliferatif dari limfosit baik terhadap stimulasi mitogenik dan allospesifik. Lebih lanjut, MPA menekan pembentukan antibodi, menghambat glikosilasi dari glikoprotein limfosit dan monosit (yang berperan pada perlekatan interseluler), dan mencegah rekruitmen leukosit ke lokasi inflamasi dan penolakan transplan berlangsung.

Mycophenolate mofetil tidak menghambat proses aktivasi dini dari aktivitas sel mononuklear pada darah perifer, seperti produksi interleukin-1 (IL-1) dan interleukin-2 (IL-2), namun mampu menghalangi efek penggandaan dari sintesis interleukin ini serta sintesis DNA dan proliferasi dari sel mononuklear di darah perifer tersebut.

Mycophenolate mofetil awalnya digunakan untuk terapi penyakit autoimun seperti idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), systemic lupus erythematosus (SLE), scleroderma (systemic sclerosis or SSC), dan pemphigus vulgaris (PV).

Saat ini juga masih digunakan pada terapi jangka panjang untuk mempertahankan remisi dari granulomatosis yang disertai polyangitis. Meskipun menurut penelitian efeknya kurang manjur bila dibandingkan azathioprine. In vitro, kombinasi mycophenolate mofetil dengan ribavirin, bermanfaat mengehntikan replikasi virus DNA seperti virus dengue.

Takayasu arteritis, ANCA-associated vasculitides and semua vaskulitis pembuluh darah sedang, berespon dengan obat ini.

Namun oleh karena sifatnya yang slow-onset (onset lambat) maka bila digunakan untuk terapi yang agresif, harus dikombinasikan dengan imunosupresan lain dan steroid dosis tinggi.